Jumat, 14 Desember 2007

Pemikiran Fanatik Lenyapkan Seni Budaya Islam

Diam-diam, prinsip kesetaraan gender sudah teraplikasi dengan cukup baik dalam bidang seni baca Alqur’an. Namun, pemikiran yang dikembangkan kalangan radikal yang punya pendapat bahwa suara perempuan adalah aurat, akan potensial melenyapkan unsur-unsur terpenting dari seni budaya Islam ini khususnya keterlibatan perempuan.

Diam-diam, prinsip kesetaraan gender sudah teraplikasi dengan cukup baik dalam bidang seni baca Alqur’an. Di Indonesia, kaum perempuan punya kesempatan menjadi solois yang terkenal di bidang seni baca Alqur’an. Adanya Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) yang diadakan setiap tahun di tingkat desa sampai nasional, telah memberikan ruang bagi perempuan untuk unjuk kebolehan suaranya di muka publik. Inilah salah satu kredit poin perempuan Indonesia dibanding perempuan di negara muslim lainnya. Seolah-olah, ada semacam affirmative action untuk mengakomodasi keterlibatan perempuan untuk berkiprah lebih besar dalam melantunkan ayat-ayat suci Alqur’an. MTQ adalah wadah yang sangat penting untuk mengembangkan dan menyosialisasikan seni budaya Islam.

Namun, pemikiran yang dikembangkan kalangan radikal yang punya pendapat bahwa suara perempuan adalah aurat, akan potensial melenyapkan unsur-unsur terpenting dari seni budaya Islam ini khususnya keterlibatan perempuan. Demikian sedikit cuplikan perbincangan Ulil Abshar-Abdalla dari Kajian Islam Utan Kayu dengan Prof. Dr. Anne K. Rasmussen, Guru Besar Etnomusikologi, Akademi Musik William and Mary, Williamsburg, Virginia, Amerika Serikat, yang telah bertahun-tahun berkelana dan menjelajahi dunia seni musik Arab dan Islam

Tidak ada komentar: