Sabtu, 01 Desember 2007

Merindu Hentak Gambus Dari Purwakarta

Lahirkan Beragam Jenis Musik

SELAMA ini kita sering melupakan musik gambus sebagai salah satu kesenian yang menjadi khazanah budaya bangsa. Gambus merupakan salah satu musik yang telah berusia ratusan tahun dan sampai kini masih tetap populer.

Gambus berkembang sejak abad ke-19, bersama dengan kedatangan para imigran Arab dari Hadramaut (Republik Yaman) ke nusantara. Kalau para wali songo menggunakan gamelan sebagai sarana dakwah, para imigran Hadramaut yang datang belakangan menjadikan gambus sebagai sarananya. Dengan menggunakan syair-syair kasidah, gambus mengajak masyarakat mendekatkan diri pada Allah dan mengikuti teladan Rasul-Nya.

Pada mulanya, para imigran Arab membawa sendiri peralatan petik gambus dari negeri asalnya. Tetapi kini sudah diproduksi sendiri, yang tidak kalah mutunya. Musik petik gambus ini di Timur Tengah dinamai oud. Jadi istilah gambus hanya dikenal di Indonesia. Entah siapa yang memulai menamakannya.

Sementara kasidahan mengumandangkan salawat kepada Nabi, gambus berkembang jadi sarana hiburan. Tidak heran pada 1940-an sampai 1960-an (sebelum muncul dangdut), gambus merupakan sajian yang hampir tidak pernah ketinggalan dalam pesta-pesta perkawinan dan khitanan. Gambus sebenarnya cikal bakal dari musik dangdut yang sekarang telah menjadi konsumsi pencinta musik, tidak hanya di level menengah dan bawah saja, tapi sudah merasuki kalangan di level atas.